Sabtu, 23 Juni 2012

Kartu Skor Berimbang (Balanced Score Card)


Kartu skor berimbang (bahasa Inggris: balanced scorecard, BSC) adalah suatu konsep untuk mengukur apakah aktivitas-aktivitas operasional suatu perusahaan dalam skala yang lebih kecil sejalan dengan sasaran yang lebih besar dalam hal visi dan strategi (Balanced Scorecard Institute, 2010).



Konsep ini pertamakali dikembangkan pada tahun 1992, Robert S. Kaplan dan David P. Norton mulai mempublikasikan kartu skor berimbang melalui rangkaian artikel-artikel jurnal dan buku The Balanced Scorecard pada tahun 1996.   Sementara menurut BSC Institute, aplikasi BSC pertama kali digunakan pada perusahaan Analog Devices pada tahun 1987. Dengan tidak berfokus hanya pada hasil finansial melainkan juga masalah manusia, BSC membantu memberikan pandangan yang lebih menyeluruh pada suatu perusahaan yang pada gilirannya akan membantu organisasi untuk bertindak sesuai tujuan jangka panjangnya. Sistem manajemen strategis membantu manajer untuk berfokus pada ukuran kinerja sambil menyeimbangkan sasaran finansial dengan perspektif pelanggan, proses, dan karyawan.


Sejak diperkenalkannya konsep aslinya, BSC telah menjadi lahan subur untuk pengembangan teori dan penelitian, dan banyak praktisi yang telah menyimpang dari artikel asli Kaplan dan Norton. Kaplan dan Norton sendiri melakukan tinjauan ulang terhadap konsep ini satu dasawarsa kemudian berdasarkan pengalaman penerapan yang mereka lakukan.

Di Indonesia, fenomena lain penggunaan BSC di pelbagai perusahaan cenderung serampangan juga  dan mengarah jadi latah. Jika kita sebutkan beberapa nama perusahaan milik negara (BUMN) dari yang beraset besar hingga bermodal sedikitpun, rata-rata sudah mengadopsi konsep BSC ini. Namun jika ditelaah saksama, ketahuan BSC sebatas konsep, tidak jelas ujung pangkalnya. Alhasil, meski sudah rame-rame menggunakan konsep BSC, pengelolaan BUMN masih tidak beranjak dari keadaan seperti 30 tahun lalu. Pekerja malas dan tidak produktif tetap digaji dan menikmati kenaikan pangkat. Orang berpretasi dan andal dihargai setara orang bodoh, asal sama-sama karyawan. Tidak ada yang dipecat karena berbuat salah. Pengelolaan keuangan sesuka hati yang sedang menjadi direksi.

Ken Burkhalter, seorang pemerhati manajemen memberi perspektif tentang BSC sebagai berikut:

To build a successful balanced scorecard for organizations you must address each of the four dimensions.

  • Financial Perspective:  How is maximizing shareholder value?
  • Customer Perspective:  How is performing in ways that matter most to its customers?
  • Internal Process Perspective:  What are the factors needed to build strategic capabilities and efficiencies?
  • Innovation and Learning Perspective:  What are the knowledge, skills, and systems needed to sustain continual improvement?
Kita dapat melihat bagaimana keempat dimensi diatas berhubungan satu sama lain. Perspektif belajar, misalnya, mendukung perbaikan terus-menerus dari proses internal yang pada gilirannya mengakibatkan fokus pelanggan yang lebih tinggi dan kepuasan. Dengan menghubungkan empat dimensi balanced scorecard untuk perusahaan bantuan strategi menyelaraskan strategi unit mereka dengan keseluruhan strategi bisnis.

Dari penjelasan singkat diatas semoga konsep BSC dapat menjadi jelas dan tak dimanfaatkan secara salah kaprah.

---------------------
sumber: www.perilakuorganisasi.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar